Pages

Wednesday 20 April 2011

Menyambung Silaturahim Memanjangkan Umur

Monday 18 April 2011

Hamba ALLAH yang diuji

Menangis Takutkan ALLAH

Imam Mahadi

6 pesanan Rasulullah


Berhijrah Ke Alam Kubur

Sayangi Diri Sendiri...

Turunnya Nabi Isa

Tawakal Sebagai Kekuatan

By: M. Agus Syafii

Salah satu kedukaan di dalam hidup kita adalah kehilangan sesuatu yang berarti tentu saja membuat kita merasa perih dihati. Terlebih kehilangan orang yang kita cintai dan kita harapkan. Apalagi sampai kita begitu sangat bergantung kepada kehadirannya, maka rasa perih dihati yang mengiringi kepergiannya terasa amat sakit. Setiap benda atau hal yang mengingatkan kita kepada orang tersebut membuat luka hati menganga kembali dan rasa sakit yang menyayat terasa begitu nyeri. Itulah yang terjadi pada seorang bapak yang mengatakan bahwa hanya dekat dengan Allahlah hatinya menjadi tenang. 'Itulah nikmatnya sakit' tuturnya. 'Dalam tekanan hidup membuat saya mencari Allah, meski saya pernah marah dan meninggalkanNya namun Allah tidak pernah meninggalkan saya.'

Pukulan pertama diterimanya. Awalnya tahun lalu istrinya yang dicintai masuk rumah sakit ketika dirinya sedang berada di luar kota karena tugas kantor. Tidak lama kemudian sang istri dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ditengah kesedihannya, ia jatuh dari kamar mandi yang membuat terbaring di rumah sakit selama satu bulan. Begitu sudah bekerja kembali, pimpinan perusahaan tempatnya bekerja dirinya di PHK karena dianggap telah melalaikan tugas kantor. Dalam upaya mencari pekerjaan baru, ia mencoba untuk berwirausaha namun usahanya tak membuahkan hasil. Selalu saja mengalami kegagalan.

Sampai batas titik nadir, rasa sakit yang dirasakan membuatnya menjerit dalam hati 'Ya Allah, aku tidak sanggup lagi.'  Pada malam itu ia mendengarkan Radio Bahana FM Jakarta di acara 'Power of Peace' kemudian menghubungi Radio Bahana dan akhirnya berkunjung ke Rumah Amalia dengan berniat menyisihkan rizkinya untuk bershodaqoh karena Allah.  Dan kesempatan mengikuti kegiatan bersama di Rumah Amalia juga tidak dilewatkannya telah mampu menyembuhkan luka perih dihatinya. Tidak lama setelah itu beliau mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik daripada sebelumnya.  Sekarang justru dirinya semakin dekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 'Saya selalu rindu padaNya sebab kasih sayang Allah menerangi jalan hidup saya, Mas Agus dan alhamdulillah melalui Rumah Amalia saya bisa berbagi kebahagiaan,' tuturnya. Itulah yang dirasakan bahwa tawakal kepada Allah telah menjadi kekuatan dalam hidupnya.

--
‘Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. (QS. Ath-Thalaq : 2-3).

Wassalam,

Hormati Tok Guru/Ulama

Menjaga Komitmen

By: M. Agus Syafii

'Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir' (QS. Ruum :21).

Bila kita mencermati ayat diatas terdapat hikmah yang sangat mendalam bahwa Allah menciptakan pasangan hidup untuk kepentingan kita agar kita merasakan ketenteraman. Ketenteraman bukanlah sesuatu yang datang kebetulan namun sudah dirancang & direncanakan oleh Allah dengan matang yaitu dengan ditanamkannya rasa kasih sayang pada pasangan suami istri. Bila kita mampu merawat & memupuk kasih dan sayang maka keluarga kita menjadi indah, sejuk dan harmonis. Itulah yang disebut sebagai keluarga sakinah. Namun seringkali kasih sayang itu menjadi terkoyak dan terciderai karena terabaikannya komitmen. Pernikahan adalah sebuah komitmen yang mesti dipegang teguh oleh setiap pasangan suami istri. Komitmen dalam pernikahan melebihi komitmen dalam perjanjian apapun. Islam memandang pernikahan sebagai komitmen yang kokoh, sejajar komitmen Allah dengan para NabiNya. Di dalam al-Quran disebutkan ada tiga perjanjian yang kokoh atau  'Mitsaqan Ghalizha'

Pertama, adalah ketika Allah mengambil perjanjian dengan para nabi dan engkau sendiri (Muhamad), dari Nuh, Ibrahim, Musa & Isa putra Maryam dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.' (QS. al-Ahzab : 7).

Kedua, Ketika Allah menyuruh Bani Israil bersumpah setia dihadapanNya. 'Dan Kami angkat gunung Sinai diatas mereka untuk menguatkan perjanjian mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka. 'Masukilah pintu gerbang (Baitul Maqdis) itu sambil bersujud' dan Kami perintahkan pula mereka 'janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabat. Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.' (QS. an-Nisa' :154).

Ketiga, Perjanjian yang kokoh atau mitsaqan ghalizha diungkapkan oleh Allah untuk menyatakan ikatan pernikahan. 'Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kokoh dari kamu.' (QS. an-Nisa :21).

Hal ini menunjukkan betapa luhurnya sebuah pernikahan karena Allah menyebut perjanjian yang kokoh untuk menyatakan ikatan pernikahan digunakan oleh Allah sama dengan perjanjian dengan para Nabi untuk mengemban RisalahNya. Maka suami istri harus bertanggungjawab untuk menjaga komitmen yang diucapkan pada ijab kabul. Itulah sebabnya kita hendaknya memahami betul bahwa makna ijab kabul adalah sebuah perjanjian sakral yang tidak boleh diabaikan. Menjaga komitmen berarti berupaya merawat cinta dan kasih sayang yang telah Allah tiupkan ke dalam sanubari kita, ketenteraman akan dirasakan, tetapi sebaliknya, jika mengabaikan komitmen berarti menyia-nyiakan apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita sehingga ketenteraman tidak pernah kita dapatkan.

Wassalam,

Sunday 17 April 2011

Menghargai Segala Nikmat Allah

Daripada Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Lihatlah kepada orang yang lebih bawah daripada kamu, dan janganlah kamu melihat orang yang lebih tinggi daripada kamu; ianya lebih wajar, agar kamu tidak memperkecilkan nikmat Allah."

(Riwayat Muslim)

Martabat hadith: Sahih

Kesimpulannya:

   Dalam hadith ini, Nabi s.a.w. menganjurkan kepada kita supaya mensyukuri di atas nikmat Allah s.w.t. yang mana kita telah nikmati semenjak dalam rahim ibu kita lagi. Bila kita bandingkan diri kita dengan mereka yang kurang bernasib baik maka akan timbul insaf dalam diri kita.

   Allah s.w.t. itu Maha Kaya dalam setiap pemberianNya kepada hamba-hambaNya. Pertama sekali nikmat yang dipinjamkan ialah nyawa kita. Kalau hendak di sebut satu-persatu nikmat yang Allah s.w.t. pinjamkan pada kita memang tidak terhitung kerana terlalu banyak, dan sebahagian nikmat itu adalah tersembunyi iaitu tidak dapat dilihat dengan mata kasar manusia. Itulah antara tanda kebesaran Allah s.w.t., dan kita manusia tidak perasan dan sering lupa. Contohnya, nikmat kelapangan masa, nikmat kesihatan tubuh badan, nikmat berfikir, nikmat menghafal (ingatan dan kepandaian), nikmat ketenangan jiwa dan minda dsbg.

   Segala nikmat yang kita nikmati ini bukanlah hak kita, tetapi adalah hak mutlak Allah s.w.t.. Bila tiba masa untuk Allah s.w.t mengambil semula nikmat tersebut tiada siapa yang dapat halang atau bantah. Allah s.w.t. berhak memberi nikmatNya kepada siapa yang di kehendaki, dan Dia berhak menarik semula nikmatNya ke atas siapa Dia kehendaki.

   Sebagai hamba Allah yang lemah lagi tidak berdaya ini, kita harus wujudkan rasa syukur dalam hati kita dan tunjukkan rasa syukur kita pada Allah s.w.t., yang menciptakan kita dan yang memberi kelengkapan untuk hidup di muka bumi ini, dengan melaksanakan segala perintahNya.

- Apakah adil sekiranya kita manusia tidak endahkan perintah Allah s.w.t. setelah kita menikmati pemberianNya sepanjang umur kita? ADIL?!!

-Apakah adil sekiranya kita manusia merasa MALAS untuk mengerjakan suruhanNya sedangkan kita hamba yang lemah ini SEMEMANGNYA AMAT perlukan nikmat pemberianNya untuk hidup? ADIL?!!!

-Apakah adil sekiranya kita manusia LUPA & LEKA pada Allah s.w.t. sedangkan Dia terus menerus INGAT untuk MENCURAHKAN nikmat pada kita? ADIL?!!

   "Subhanaka Ya Rabb, inni tubtu ilaika wa inni kuntu minazh-zholimeen.."

   Kita manusia sering lupa untuk mensyukuri di atas nikmat-nikmat Allah s.w.t. kerana terpedaya dengan kemudahan dan kemewahan dunia. Kita menyangka bahawa kesihatan tubuh badan kita adalah kerana ubat-ubatan atau kerana kita sering bersenam semata. Kita menyangka jiwa kita menjadi tenang disebabkan dengan hiburan semata, kita menyangka akal fikiran kita menjadi tenang dan tajam kerana kita banyak membaca bahan yang bermanfaat dan berinteraksi dengan para bijak pandai. Kita jarang sekali terfikir, dari manakah sebenarnya datang nikmat tersebut.

   Dari itu, marilah kita bermuhasabah diri, sama2 kita berusaha menjadi hamba Allah yang hatinya sentiasa hidup dengan mengingati Allah s.w.t.. Janganlah sampai kita tergolong dalam hambaNya yang sering leka dan lalai, wal 'iyadzubillah min dzalik.

"Ya Allah, Tuhan yang membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hati ini dengan agamaMu dan mengingatiMu. Ya Allah, bantulah diri ini yang lemah supaya selalu mengingatiMu, mensyukuri nikmatMu dan memperbaiki amal ibadah kepadaMu..Ameen"

Wallahu a'lam

Kurangkan Ketawa, Banyakkan Menangis

Firman Allah SWT melalui ayat 82 surah at-Taubah bermaksud: “Maka bolehlah mereka (golongan munafik) ketawa sedikit (di dunia ini) dan mereka akan menangis banyak (di akhirat kelak), sebagai balasan bagi apa yang mereka telah usahakan (semasa hidup di dunia).” Dan dalam ayat 60 surah an-Najm yang bermaksud: “Maka mengapa kamu ketawa dan tidak menangis?”

Mesej daripada maksud dua potong ayat di atas walaupun pendek, sarat dengan pelbagai pengajaran yang perlu diambil oleh kita semua, betapa Allah SWT mencemuh golongan munafik yang boleh disifatkan sebagai golongan yang mana hidup mereka penuh dengan kepura-puraan.

Sesungguhnya kedua-dua ayat berkenaan di atas ditujukan kepada golongan munafik yang banyak mempersendakan kebenaran ayat-ayat al-Quran ataupun pengajaran daripada hadis-hadis Nabi Muhammad s.a.w. Mereka merupakan golongan yang menzahirkan luaran mereka sebagai orang Islam, tetapi pada sanubari mereka menyatakan kebencian yang amat sangat terhadap Islam, lebih dahsyat daripada orang bukan Islam.

Mereka menyatakan kononnya mahu melakasana dan menegakkan hukum-hukum Islam, tetapi pada masa yang sama menyubur serta memperbanyakkan program-program maksiat melalui penganjuran sitcom-sitkom gelak ketawa, malah dipertandingkan seperti ‘Rajalawak’/'Lawaking’ yang mahu mengajak penonton supaya banyak ketawa dan menangis sedikit.

Tidak ada program lawak yang mengajak manusia untuk berfikir pada alam akhirat atau menyebabkan mereka menangis. Tetapi yang jelas bahawa mereka diajak untuk ketawa hingga lupa tugas sebenar untuk beriman kepada Alla SWT, sesungguhnya terdapat pandangan di kalangan ulama kontemporari hari ini yang menegaskan bahawa umat Islam adalah umat serius yang mempunyai tanggungjawab besar menyeru manusia sejagat untuk kembali kepada fitrah mereka iatu menyembah Allah – Tuhan segala manusia.

Apa yang jelas jika ciri-ciri golongan munafik ada dalam diri insan Muslim, ia boleh dianggap sebagai satu musibah besar, kerana ciri-ciri tersebutlah yang akan mengundang kemarahan Allah dan sudah pasti tidak akan berjaya mendapatkan pertolongan Nabi Muhammad pada hari akhirat kelak.

Perkara ini ada ditegaskan Allah melalui firman-Nya dalam ayat 145 surah an-Nisaa yang bermaksud: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang terkebawah sekali dari (lapisan-lapisan dalam) neraka. Dan engkau tidak sekali-kali akan mendapat sesiapa pun yang boleh menolong mereka.

Berdasarkan hadis Riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad s.a.w mengatakan
Tanda orang-orang munafiq itu ada tiga keadaan.

Pertama, apabila berkata-kata, dia berdusta.

Kedua, apabila berjanji, dia mengingkari.

Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan), dia mengkhianatinya.
Apabila dilihat kepada maksud pengisian yang ada dalam hadis baginda di atas, kita dapat simpulkan bahawa masih terdapat di kalangan umat Islam hari ini yang sanggup berdusta semata-mata untuk mencapai impian dalam hidup mereka. Mereka tidak mempedulikan larangan Allah atau suruhan-Nya, yang dilarang itulah menjadi keutamaannya untuk dilakukan, sedangkan suruhan Allah diabaikan.

Gambaran ini dapat dilihat secara jelas, sebagai contoh penyertaan individu Muslim dalam program yang dilarang seperti Rajalawak, ia menjadi pilihan dan kesukaan ramai manusia hari ini, pada masa yang sama ramai juga yang meninggalkan solat kerananya.

Begitu juga individu Muslim yang berbuat janji, apatah lagi janji mereka kepada Allah seperti dalam lafaz yang diungkapkan dalam solat, sesungguhnya hidupku, matiku dan seluruh amal ibadatku adalah hanya untuk Allah, Tuhan sekelian alam.

Tetapi selepas solat, banyak perkara yang dijanjikan itu disanggah secara langsung atau tidak langsung, ramai Muslimat yang solat dengan pakaian kain telekung yang mencantikkah penampilan mereka, tetapi ramai juga di kalangan mereka mendedahkan aurat atau menampakkan rambut mereka di hadapan khalayak lelaki.

Begitu juga dengan amanah yang diberi, terutamanya amanah sebagai manusia Islam yang diwajibkan untuk melaksanakan segala titah perintah Allah SWT dalam erti kata sebenarnya. Tetapi ia hanya seruan yang tertinggal di atas mimbar oleh khatib pada setiap hari Jumaat, ia tidak digarap dengan baik oleh para jemaah, amanah untuk membangun bersama Islam tidak ditepatinya. Amanah untuk mendaulatkan Islam juga hanya retorik semata-mata, kesemua agenda hidup tidak berteraskan untuk kurangkan ketawa dan menangis banyak kerana takut kepada Allah.

Program-program kuliah dan ceramah di masjid-masjid atau surau-surau kebanyakannya dihadiri oleh golongan pesara walaupun terdapat golongan muda atau remaja, tetapi jumlahnya terlalu sedikit. Mungkin kempen kepada golongan ini untuk ke masjid atau surau tidak dikuat-kuasakan oleh pihak berkuasa, sebab mereka pun tidak terfikir untuk ke masjid atau surau, tetapi kempen untuk program ketawa seperti �Jomheboh� dan lain-lain dipromosikan dengan hebat sekali, sebab yang berkempen pun akan menyertainya.

Kepada mereka dibacakan sebuah hadis Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: “Kemanisan di dunia akan memahitkan nanti di akhirat, dan apa-apa yang memahitkan di dunia akan memaniskan seseorang itu di akhirat.”
Sesuatu yang manis pasti akan menggembirakan seseorang, seperti kerap makan durian yang sedap dan enak, tetapi ia akan menjadikan seseorang itu mungkin akan terkena obesiti dan kencing manis, berbanding dengan ubat periuk yang pahit, bagi pengamal yang sering meminumnya walaupun tidak sedap, tetapi ia menjanjikan kesihatan yang baik.

Begitulah sebaliknya bagi mereka yang mengutamakan yang pahit, maksudnya menjalani proses hidup sebgai Muslim yang beramal dengan solat lima kali sehari semalam. Ia menjadi manis bagi orang biasa buat, tetapi ia dianggap pahit atau sukar untuk dilakukan bagi mereka yang tidak biasa atau golongan yang memiliki ciri-ciri orang munafik.

Apapun semua yang pahit itu sebenarnya akan membahagiakan seseorang itu nanti di alam akhirat, termasuklah berada dalam jemaah yang berteraskan Islam. Untuk memajukan Islam sebagai cara hidup bukanlah satu perkara yang mudah, namun ia memerlukan kesabaran yang cukup tinggi dan kewarasan pemikiran untuk mendapatkan syafaat (rekomendasi) daripada baginda Rasulullah s.a.w. di akhirat kelat, Insya-Allah. Yang penting banyakkan menangis kerana takut kepada Allah SWT.

PANDUAN QIAMULLAIL

Dipetik dan disusun oleh :
Haji Yaakub b. Hj. Hasan
Dikeluarkan oleh :
Majlis Ugama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan

Firman Allah Taala :

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً

(الأعراف : 55)

Maksudnya : Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut

Firman Allah Taala :

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

(الإسراء : 79)

Maksudnya : Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah "sembahyang tahajjud" padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji.

MUQADDIMAH QIAMULLAIL

1. Galakan

Berbuat amal ibadat di tengah malam, dengan mengerjakan sembahyang sunat Tahajjud, Witir, serta lain-lain amalan seperti membaca Al-Quran , berzikir , beristighfar, berdoa dan sebagainya adalah merupakan Qiamullail, yang sangat-sangat digalakkan dalam Islam.


Di dalam Al-Quran Al-Karim terdapat firman Allah SWT yang bermaksud : Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah "sembahyang tahajjud" padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji. (Maksud ayat 79 Al-Isra')

Suruhan dalam ayat yang tersebut ini, walaupun ditujukan dengan khusus untuk Rasulullah SAW, tetapi orang-orang Islam itu disuruh mengikut baginda, maka adalah suruhan Allah Taala itu merupakan suruhan juga terhadap orang-orang Islam Amnya.

2. Kelebihannya.

Allah SWT. menyatakan di dalam Al-Quran Al-Karim bahawa orang-orang yang sentiasa bertaqwa dan mengerjakan "Qiamullail" dengan beramal ibadat dan memohon keampunan dari Allah itu adalah orang-orang yang muhsinin, iaitu orang-orang yang berbuat kebajikan yang berhak mendapat balasan yang baik, rahmat Allah dan Syurga. Firman Allah di dalam Al-Quran :

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ , ءَاخِذِينَ مَا ءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ , كَانُوا قَلِيلاً مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ , وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ,

(الذاريات : 15-18)

Maksudnya : Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa adalah ditempatkan di dalam beberapa taman Syurga, dengan matair-matair terpancar padanya. (Keadaan mereka di sana) sentiasa menerima nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka di dunia dahulu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja: masa dari waktu malam, untuk mereka tidur. Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun).

Allah SWT. memuji-muji dan merakamkan sebutan baik terhadap orang-orang yang tersebut itu serta mengkategorikan mereka ke dalam jumlah hamba-hambaNya yang "Abrar"- orang-orang yang bernakti dengan mengerjakan taat dan amal kebajikan. Orang-orang Abrar ini tempatnya di dalam Syurga yang penuh dengan berbagai-bagai nikmat. Firman Allah Taala :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا , وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ,

(الفرقان :63-64)

Maksudnya : Dan hamba-hamba (Allah) Ar-Rahman (yang diredhaiNya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopan santun, dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak diingini; Dan mereka (yang diredhai Allah itu ialah) yang tekun mengerjakan ibadat kepada Tuhan mereka pada malam hari dengan sujud dan berdiri,

Orang-orang yang melalui malam hari dengan bersahur dan berdiri untuk Tuhan mereka itu maksudnya ialah orang-orang yang sembahyang tahajjud di malam hari semata-mata kerana Allah Taala.

Dan di samping itu Allah SWT juga bersaksi dan mengakui bahawa mereka itu ialah orang-orang yang beriman. Firman Allah Taala :

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ , تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ ,

(السجدة : 15-16)

Maksudnya : Sesungguhnya yang sebenar-benar beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami hanyalah orang-orang yang apabila diberi peringatan dan pengajaran dengan ayat-ayat itu, mereka segera merebahkan diri sambil sujud (menandakan taat patuh), dan menggerakkan lidah dengan bertasbih serta memuji Tuhan mereka, dan mereka pula tidak bersikap sombong takbur. Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit sangat tidur, kerana mengerjakan sembahyang tahajjud dan amal-amal soleh); mereka sentiasa berdoa kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaanNya) serta dengan perasaan ingin memperolehi lagi (keredaanNya); dan mereka selalu pula mendermakan sebahagian dari apa yang Kami beri kepada mereka.

Itulah sebahagian dari ayat-ayat Quran yang menunjukan kelebihan Qiamullail-beribadat di tengah malam. Manakala di dalam hadis Rasulullah SAW. pula di antaranya ialah sebagaimana berikut :

Berkata Abdullah bin Muslim : Pada permulaan Rasulullah SAW. ke Madinah, berkejaranlah orang ramai mengunjungi kepada baginda, dan aku adalah serorang dari mereka yang mengunjunginya, maka manakal aku memerhatikan mukanya dan aku telah mengenalnya, mengetahuilah aku bahawa wajahnya bukanlah wajah manusia jenis pendusta . Kata Abdullah selanjutnya : Apa yang mula-mula sekali aku dengar percakapannya ialah sabdanya : "Wahai manusia ! Kamu tebarkanlah salam, berjamulah makanan, hubungilah silaturrahim, dan kerjakanlah sembahyang waktu malam di kala manusia sedang tidur, nescaya kamu akan masuk syurga dengan selamat".(Hadis Riwayat Tirmizi)

Berkata Salman Al-Farisi : Rasulullah SAW. telah bersabda – Maksudnya :

"Hendaklah kamu mengerjakan Qiamullai, kerana iaitu ibadar kelaziman orang-orang soleh sebelum kamu dan juga menghampirkan kamu kepada Tuhan kamu, yang mengkafaratkan bagi kesalahan-kesalahan, mencegah dari berbuat dusta dan membuang penyakit dari tubuh badan".

Dan berkata Suhal b. Saad : Telah datang Jibril kepada Rasulullah SAW, lalu berkata :

Hai Muhammad ! Hiduplah atas apa cara yang tuan hamba mahu kerana tuan hamba akan mati, kerjakanlah apa yang tuan hamba mahu kerana dengannya tuan hamba akan dibalas, dan cintailah sesiapa yang tuan hamba mahu kerana tuan hamba akan meninggalkannya. Dan ketahuilah bahawa kemuliaan seseorang mukmin itu ialah Qiamullai dan harga dirinya ialah terkayanya (tidak meminta-minta) dari manusia.

3. Waktunya

Sembahyang malam itu harus dikerjakan, sama ada pada awal malam, di tengah-tengah malam atau di akhir malam. Ini berdasarkan riwayat Al-Hafiz : Bahawa tahajjud Rasulullah SAW itu tidak ada waktunya yang tetap, malah terpulang kepada apa yang mudah bagi baginda mengerjakannya jua.

Bagaimanapun , berdasarkan hadis-hadis yang lain, adalah lebih afdhal dilewatkan sembahyang tahajjud itu sehingga kepada salah satu pertiga yang akhir dari malam.

Diantara hadis-hadis itu ialah sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : Sehampir-hampir masa seseorang hamba Allah kepada Tuhannya ialah pada waktu tengah malam yang terakhir, maka kalau anada berminat menjadi seorang dari orang-orang yang menzikiri (mengingati) Allah pada saat yang tersebut , maka hendaklah anda lakukan. (At-Tirmizi)

Dan dari Abi Hurairah (RA) beliau berkata bahawasanya Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud :

"Allah Azzawajalla turun pada tiap-tiap malam ke langit dunia ketika tinggal satu pertiga malam yang terakhir , maka ia berfirman : " Sesiapa yang akan berdoa kepada aku akan aku perkenankan. Sesiapa yang meminta ampun kepada aku akan aku ampuninya". (Al-Bukhari)

Maksud hadis ini : Bahawasanya pintu rahmat Allah itu terbuka pada malam hari seluas-luasnya, khususnya pada akhir-akhir malam. Segala permohonan diterima pada ketika itu.

4. Bilangan rakaatnya

Sembahyang malam itu tidak ada baginya bilangan rakaat yang khusus, dan tidak pula ada had sempadan jumlahnya yang tertentu. Oleh itu, maka boleh berhasil maksud Qiamullai pada minimumnya, yakni pada jumlah yang paling tidaknya, dengan mengerjakan hanya satu rakaat witir selepas mengerjakan sembahyang Fardhu Isyak.

Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas RA katanya : Rasulullah SAW telah menyuruh kami mengerjakan sembahyang malam dan baginda menggalakkannya sehingga ia bersabda : "Hendaklah kamu mengerjakan sembahyang malam itu walaupun satu rakaat". (Al-Tibrani)

Bagaimanapun , yang terlebih afdhalnya ialah selalu mengerjakan sebelas rakaat, iaitu boleh dibuat pilihan samada hendak dikerjakan sebanyak yang tersebut itu terus menerus sekaligus atau menceraikannya dengan mengerjakannya berdeket-deket beberapa rakaat dahulu dan kemudiannya beberapa rakaat lagi.

Aisyah RA berkata : Tidak pernah Rasulullah SAW (bersembahyang) lebih – samada pada bulan Ramadhan atau bulan lainnya- daripada sebelas rakaat. (Mula-mulanya) baginda sembahyang empat rakaat tetapi jangan ditanya tentang elok dan panjangnya rakaat-rakat sembahyang itu, kemudian baginda sembahyang empat rakaat lagi. Itu pun jangan ditanya tentang elok dan panjangnya rakaat-rakaat sembahyang itu. Kemudiannya baginda sembahyang pula tiga rakaat. Lalu (kata Aisyah), aku bertanya : Ya Rasulullah ! adakah tuan hamba tidur sebelum daripada tuan hamba sembahyang witir ? Jawab Rasulullah : Hai Aisyah bahawa mataku tidur kedua-duanya tetapi hatiku tidak tidur !(Bukhari dan Muslim)

5. Tahajjud, Sunat Muakkadah

Tahajjud ialah nama bagi sembahyang-sembahyang sunat tambahan (nawafil) yang dikerjakan selepas bangkit daripada tidur di tengah Malam. Segala sembahyang yang dikerjakan sebagai kumpulan witir itu adalah tahajjud.

Mengerjakan tahajjud di tengah malam hukumnya adalah sunat muakkadah, yakni sunat yang sangat-sangat digalakkan supaya dikerjakan. Dikatakan yang terutama sekali diantara sembahyang-sembahyang itu, selain daripada sembahyang Fardhu, ialah sembahyang di tengah malam.

Ada tersebut dalam hadis Muslim : Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : Sembahyang apakah yang terafdhal selain dari sembahyang fardhu? Jawab baginda : "Sembahyang Malam".

6. Qadha' Tahajjud

Orang yang biasa menrejakan sembahyang malam, kalau suatu kali ia luput dari mengerjakannya kerana uzur atau sakit atau lainnya, maka bolehlah ia kerjakan gantinya pada siang hari sebanyak dua belas rakaat sebagai Qadha' tahajjud.

Ini bersumberkan kepada hadis Muslim, daripada Aisyah RA yang menyatakan : Adalah Rasulullah SAW, apabila baginda luput sembahyang malam dengan sebab sakit atau lainnya, maka baginda sembahyang pada siang hari dua belas rakaat.

7. Berniat Ketika Hendak Tidur

Orang yang berazam hendak bangkit di tengah malam kerana hendak Qiamullail, maka disunatkan ketika hendak tidurnya ia berniat : Bahawa ia hendak bangkit malam nanti kerana hendak mengerjakan ibdat Qiamullail.

Tujuannya berbaut demikian ialah semoga ia mendapat pahala bagi apa yang telah diniatkannya itu sekiranya ia tidak bangkit kerana benar-benar tidak terjaga dari tidurnya.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :

"Barangsiapa tiba di hamparan tempat tidur serta ia berniat hendak bangkit mengerjakan sembahyang malam tetapi dia dikalahkan oleh matanya- Yakni terus tertidur-sehingga waktu subuh, maka dituliskan baginya (pahala) apa yang ia niatkan, dan tidurnya itu pula merupakan sedekah kepadanya daripada Tuhannya". (An-Nasai dan Ibnu Majah)

8. Kejutan Famili (keluarga)

Seorang suami yang bangkit mengerjakan Qiamullail di tengah malam adalah disunatkan baginya mengejutkan isterinya supaya bangkit beribadat sama. Jika isterinya itu enggan, malah terus tidur, maka bolehlah suami mencari jalan menurut budi bicara yang baik suapaya isterinya itu bangkit, hingga walaupun dengan merenjis air ke muka isterinya itu. Dan demikianlah juga sebaliknya-yakni isteri boleh melakukan perkara yang sama terhadap suaminya.

Rasulullah SAW telah bersabda :

"Allah merahmati seorang suami yang bangkit dari sebahagian malam lalu ia sembahyang dan mengejutkan isterinya. Kalau isterinya itu enggan, ia merenjiskan air ke mukanya. Juga Allah merahmati seorang isteri yang bangkit pada sebahagian malamnya lalu ia sembahyang dan mengejutkan suaminya. Jikalau suaminya enggan maka ia merenjiskan air ke mukanya". (Hadis Abu Daud)

9. Beribadat sekadar Minat

Mengerjakan amal ibadat malam hari atau Qiamullail itu tidaklah merupakan satu kemestian, dengan keterlaluan sangat, sampai menjadi keberatan kepada diri atau mengganggu kesihatan atau menjejaskan tenaga bekerja mencari nafkah yang halal pada siang hari, kerana yang demikian itu bukanlah cara yang diingini. Malah buatlah sekadar minat dan termampu jua, tetapi biarlah berkekalan tanpa meninggalkannya kecuali dalam kecemasa atau jika ada apa-apa halangan yang tak dapat dielakkan.

Berkata Anas RA : Pada suatu masa Rasulullah SAW masuk ke dalam Masjid dan mendapati ada seutas tali tegang di antara dua batang tiang di situ. Lalu baginda bertanya : Tali apa ini ? Jawab para sahabat : Untuk Zainab bersembahyang, apabila beliau malas atau pun penat ia berpaut pada tali itu. Lalu Rasulullah SAW bersabda pula : Robaklah dia ! Hendaknya seseorang dari kamu itu bersembahyang sekadar cergasnya jua. Apabila tidak berminat atau penat maka hendaklah ia tidur ! (Muttafaq 'Alaih)

Orang bertanya Rasulullah SAW : Apakah satu amalan yang lebih disukai Allah Taalah ? Baginda menjawab : "Yang berkekalan walaupun sedikit". (Bukhari dan Muslim)

ATURCARA MENGERJAKAN QIAMULLAIL

1. Bangkit Dari Tidur dan Doanya

Seorang muslim itu sayugialah bangkit dari tidur malamnya pada waktu sahur, iaitu kira-kira sepertiga akhir malamnya dan terus membasuh muka serta bersugi giginya, lalu membaca :

الحَمْد لِلّهِ الّذِي أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْر , اَلحَمْد لِلّهِ الّذِي رَدَّ عَلَيَّ رُوْحِي وَعَافَانِيْ فِي جَسَدِي وأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ , اَلحَمْد لِلّهِ الّذِي خَلَقَ النَّوْمَ وَالْيَقَظَةَ , اَلحَمْد لِلّهِ الّذِي بَعَثَنِيْ سَالِمًا سَوِيًّا ، أَشْهَدُ أَنَّ اللهَ يُحْيِ الْمَوْتَى , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، سُبْحَانَ اللهِ ، وَالْحَمْدُ ِللهِ , وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , وَاللهُ اَكْبَرُ , وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ , سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِيْ , وَأَسْئَلُكَ رَحْمَتَكَ. رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَلاَ تُزِغْ قَلْبِي بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنِي وَهَبْ لِي مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

Maksudnya : Segala puji itu bagi Allah Tuhan yang telah menghidupkan kita setelah ia matikan kita dan kepadanya jua kita dibangkitkan. Segala puji itu bagi Allah Tuhan yang telah mengembalikan rohku dan telah memberi afiat pada tubuh badanku serta mengizinkan aku mengingatinya.

Segala puji itu bagi Allah Tuhan yang telah menjadikan tidur dan jaga dari tidur, segala puji itu bagi Allah Tuhan yang membangkitkan aku dari tidur dalam keadaan selamat sejahtera. Aku mengaku bahawa Allah itu ialah yang menghidupkan orang yang mati, dan dialah yang berkuasa di atas tiap-tiap sesuatu.

Tiada Tuhan yang sebenar melainkan Allah yang Maha Esa yang taiada sekutu bagiNya, yang empunya pemerintahan dan kepujian, dan dialah yang berkuasa di atas tiap-tiap sesuatu.

Maha suci Allah, dan segala puji itu bagi Allah, dan tiada Tuhan yang sebenar melainkan Allah, dan Allah itu Maha Besar, dan tiada daya dan tiada upaya melainkan dengan kuasa Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Penyayang.

Tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar melainkan Engkau jua, Maha Suci Engkau , Ya Allah ! Aku pohon keampunanMu bagi dosaku dan aku pohon rahmatMu ya Allah. Ya Allah ! Tambahlah ilmu pengetahuan kepadaMu, dan janganlah condongkan hati aku dari kebenaran setelah Engkau kurniakan hidayah padaku, dan kurniakanlah juga kepada aku rahmat dari sisi kemurahanMu, dan bahawasanya Engkaulah sahaja yang sangat banyak memberi.

2. Baca Sebelas Ayat Akhir dari Surah Ali Imran

Bila selesai membaca doa-doa yang tersebut di atas, pandanglah ke langit, atau jika di dalam rumah, pandanglah ke atas, dan sambil itu-jikalau tidak berhadas besar-bacalah ayat-ayat seratus sembilan puluh (190) hingga ayat dua ratus (200) dari surah Ali Imran , Iaitu :

(190) إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ َلآيَاتٍ ِلأُولِي الأَلْبَابِ



(191) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ



(192) رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ



(193) رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ



(194) رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ



(195) فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ



(196) لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ



(197) مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ



(198) لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ



(199) وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ .



(200) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ .

Makna dan Maksud ayat-ayat :

190-Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal;

191-(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka.

192-Wahai Tuhan kami! Sebenarnya sesiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka maka sesungguhnya Engkau telah menghinakannya, dan orang-orang yang zalim tidak akan beroleh seorang penolong pun;

193-Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru (Rasul) yang menyeru kepada iman, katanya: ` Berimanlah kamu kepada Tuhan kamu ', maka kami pun beriman. Wahai Tuhan kami, ampunkanlah dosa-dosa kami, dan hapuskanlah daripada kami kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami bersama orang-orang yang berbakti;

194-Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami pahala yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui Rasul-rasulMu, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat; sesungguhnya Engkau tidak memungkiri janji".

195-Maka Tuhan mereka perkenankan doa mereka (dengan firmanNya): "Sesungguhnya Aku tidak akan sia-siakan amal orang-orang yang beramal dari kalangan kamu, sama ada lelaki atau perempuan, (kerana) setengah kamu (adalah keturunan) dari setengahnya yang lain; maka orang-orang yang berhijrah (kerana menyelamatkan ugamanya), dan yang diusir ke luar dari tempat tinggalnya, dan juga yang disakiti (dengan berbagai-bagai gangguan) kerana menjalankan ugamaKu, dan yang berperang (untuk mempertahankan Islam), dan yang terbunuh (gugur Syahid dalam perang Sabil) - sesungguhnya Aku akan hapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan sesungguhnya Aku akan masukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, sebagai pahala dari sisi Allah. Dan di sisi Allah jualah pahala yang sebaik-baiknya (bagi mereka yang beramal soleh)".

196-Jangan sekali-kali engkau (wahai Muhammad) terpedaya oleh usaha gerakan orang-orang yang kafir di dalam negeri (yang membawa keuntungan-keuntungan kepada mereka).

197-(Semuanya) itu hanyalah kesenangan yang sedikit, (akhirnya akan lenyap), kemudian tempat kembali mereka neraka Jahannam: dan itulah seburuk-buruk tempat ketetapan.

198-Tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka, mereka beroleh Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya, sebagai tempat sambutan tetamu (yang meriah dengan nikmat pemberian) dari Allah. Dan (ingatlah) apa jua yang ada di sisi Allah adalah lebih bagi orang-orang yang berbakti (yang taat, yang banyak berbuat kebajikan).

199-Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab, ada orang yang beriman kepada Allah dan (kepada) apa yang diturunkan kepada kamu (Al-Quran) dan juga (kepada) apa yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka khusyuk kepada Allah dengan tidak menukarkan ayat-ayat Allah untuk mengambil keuntungan dunia yang sedikit. Mereka itu beroleh pahalanya di sisi Tuhan mereka. Sesungguhnya Allah Amat segera hitungan hisabNya.

200-Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).

3. Ketika Pakai Pakai Kain

Ketika memakai kain bacalah doa ini :

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي كَسَانِي هَذَا وَرَزَقَنِيْ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ . اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا هُوَلَهُ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا هُوَ لَهُ .

Maksudnya : Segala puji itu bagi Allah, Tuhan yang memakaikan aku pakaian ini pada badanku dan memberinya akan aku tanpa upaya dan daya kekuatan dariku. Wahai Tuhan kami ! Aku pohon kepada Engkau kebaikan pakaian ini, dan kebaikan tujuannya, dan aku pohon berlindung dengan Engkau daripada kejahatan dan kejahatan tujuannya.

4. Qadha Hajat

Kemudian daripada itu, jika ada rasa hendak Qadha hajat, maka pergilah ke tandas dengan memakai alas kaki dan tutup kepada. Sewaktu memasuki tandas hendaklah didahulukan langkah kaki kiri.

Ketika hendak masuk ke tandas-iaitu pada masa masih lagi berada di luarnya –bacalah :

بِسْمِ اللهِ . اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ . أَعُوْذُبِكَ مِنَ الرِّجْسِ النَّجَسِ الْخَبِيْثِ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ .

Maksudnya : Dengan Nama Allah. Hai Tuhanku ! Sesungguhnya aku pohon berlindung dengan Engkau dari kejahatan dan tipu daya syaitan. Hamba berlindung dengan Engkau dari kekotoran yang najis, yang keji lagi merosakkan, iaitu syaitan yang terkutuk.

Dan ketika keluar dari tandas hendaklah dengan mendahulukan kaki kanan. Sebaik-baik sahaja keluar darinya bacalah :

غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَذْهَبَ عَنِّي مَا يُؤَذِّيْنِيْ وَأَبْقَى عَلَيَّ مَا يَنْفَعَنِي

Maksudnya : Ya Allah ! Aku pohon keampunan Engkau. Segala puji itu bagi Allah Tuhan yang telah menghilangkan daripadaku akan apa yang menyakiti aku dan mengekalkan apa yang manafaat bagiku.

Selepas beristinjak bacalah pula :

اَللَّهُمَّ طَهِّر قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِيْ مِنَ الْفَوَاحِشِ

Maksudnya :Wahai Tuhanku sucikanlah hatiku daripada berpura-pura (Nifaq) dan peliharalah faraj (kemaluan) ku daripada segala yang keji.

Masa duduk Qadha hajat atau buang air di tempat terbuka, sayugialah jangan mengadap atau membelakangi ke arah kiblat, malah di dalam jamban atau tandas pun elok juga diamalkan begitu, jika boleh.

5. Bersuci di Rumah Lebih Afdhal

Kemudian daripada itu, jika ada kemudahan tempat bersuci atau bilik air di rumah, maka lebih baiklah (afdhal) bersuci-samada mandi atau berwudhu'- di rumah sendiri daripada melakukannya di Masjid atai lain-lain tempat awam. Dan di waktu bersuci hendaklah bersuci dengan cara yang paling sempurna , iaitu dengan berbuat segala sunat dan adab-adabnya.

Sesudah selesai bersuci bacalah :

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ , وَاجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ .

Maksudnya : Wahai Tuhanku !Jadikanlah hamba ini dari orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah hamba ini dari kalangan orang-orang yang bersuci, dan jadikanlah hamba ini dari orang-orang yang soleh. Maha suci Engkau , wahai Tuhanku ! Dan dengan kepujian Engkau aku mengakui tiada tuhan melainkan Engkau. Aku pohon keampunan Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. Dan telah memberi rahmat oleh Allah di atas penghulu kami Muhammad dan keluarganya dan sahabat-sahabatnya dan telah memberi selamat sejahtera.

Selanjutnya bacalah pula surah Al-Qadr iaitu : Inna Anzalnahu Fi Lailatil Qadr hingga akhirnya, dan kemudiannya berdoa dengan bacaan :

اللَّهُمَّ اغْفِِرْلِي ذَنْبِي وَوَسِّعْ لِي فِيْ دَارِيْ وَبَارِكْ لِي فِيْ رِزْقِيْ وَلاَ تَفْتِنِّيْ بِمَا زَوَيْتَ عَنِّيْ .

Maksudnya : Wahai Tuhanku ! Ampunilah bagiku akan dosaku, berilah keluasan bagiku pada rumahku, dan berkatilah bagiku pada rezekiku, dan janganlah Engkau memfitnahkan aku dengan apa yang Engkau telah ketepikan daripadaku.

6. Dua Rakaat Sunat Wudhu'

Berikutnya, sembahyangilah dua rakaat dengan berniatkan sembahyang sunat wudhu'. Dan jika kebetulan di dalam di Masjid maka disampingkannya berniat juga sunat tahiyat Al-masjid.

Selepas membaca Al-Fatihah pada rakaat pertama di dalam sembahyang ini bacalah :

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا

(النساء : 64)

Maksudnya : Dan kalaulah mereka ketika menganiaya diri mereka sendiri datang kepadamu (wahai Muhammad) lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah juga memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani.

Kemudian membaca (3 kali) : أستغفر الله ertinya : Aku pohon ampun daripada Allah.

Kemudiannya baca lagi surah Al-Kafirun. Iaitu : قل ياأيها الكافرونhingga akhirnya.

Selanjutnya selepas membaca Al-Fatihah pada rakaat kedua, bacalah pula :

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

(النساء : 110)

Maksudnya : Dan sesiapa yang melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri (dengan melakukan maksiat) kemudian ia memohon ampun kepada Allah, nescaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

7. Wirid Lepas Sunat Wudhu'

Selepas memberi salam sunat wudhu' ini, bacalah wirid berikut ini sebanyak sepuluh kali tiap-tiap satunya iaitu :

1) اللهُ أَكْبَرُ – Allah Maha besar

2) اَلْحَمْدُ ِللهِ – Segala puji itu bagi Allah

3) لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله – Tiada Tuhan melainkan Allah

4) أَسْتَغْفِرُ الله – Aku mohon ampun kepada Allah

5) سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ – Maha Suci Allah dan dengan segala kepujianNya

6) سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ – Maha Suci Allah yang mempunyai kuasa pemerintahan tertinggi, lagi Maha Quddus.

7) اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا وَضِيْقِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ Maksudnya : Wahai Tuhanku ! Sesungguhnya aku pohon berlindung dengan Engkau daripada kesempitan hidup di dunia dan daripada kesempitan pada hari kiamat.

Peringatan

Selanjutnya bacalah : إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْض – Iaitu ayat 190 hingga 200 surah Ali Imran jika masih belum dibaca selepas membaca doa bangkit daripada tidur tadi.

8. Sembahyang Witir

Apabila selesai segala-galanya dikerjakan dengan seelok-eloknya, maka mulalah mengerjakan sembahyang sunat witir sebelas rakaat dengan tiap-tiap dua rakaat satu salam. Manakala rakaat yang terakhir- iaitu rakaat sebelas- dengan satu rakaat satu salam.

Lafaz niatnya ialah :

أُصَلِّي سُنَّةَ مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى

Maksudnya : Aku sembahyang sunat witir dua rakaat kerana Allah Taala.

Bagi yang ke sebelas :

أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً ِللهِ تَعَالَى

Maksudnya : Aku sembahyang sunat witir satu rakaat kerana Allah Taala.

9. Bacaan-bacaan Dalam Witir

Bacaan-bacaan dalam sembahyang sunat witir samalah seperti bacaan-bacaan di dalam lain-lain sembahyang juga, termasuklah doa iftitah, fatihah, tahiyat, tasbih dan lain-lainnya. Manakala bacaan ayat-ayat pula terserahlah kepada kemampuan dan kebolehan masing-masing jua, tetapi yang sebaik-baiknya bagi yang hafal (hafaz) Quran hendaklah dibaca pada tiap-tiap rakaat itu dua atau tiga maqra' atau lebih ataupun kurang, dimulai daripada awalnya hingga khatam Quran yang tiga puluh juzu' itu dalam beberapa malam.

Yasin, Ad-Dukhan, Tabarakallazi atau lainnya. Dan jika tidak hafal surah yang panjang-panjang, bolehlah dibaca surah A-Ikhlas dengan diulang-ulang sebanyak sepuluh kali atau lebih ataupun kurang mengikut sekira-kira minat dan cergasnya jua.

Apa yang tersebut ini ialah mengenai lapan rakaat yang mula-mulanya. Adapun tiga rakaat yang terakhir, maka sayugialah dibaca apa yang warid jua, iaitu sayugialah pada rakaat yang kesembilan dibaca surah Al-A'la (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ اْلأَعْلَى ) , pada rakaat yang kesepuluh surah Al-Kafirun (قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ) dan pada rakaat yang terakhir surah Al-Ikhlas (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ) dan juga المُعَوِّذَانِ iaitu kedua-dua قُلْ أَعُوْذُ.

10. Baca Qunut

Pada satu rakaat yang terakhir atau rakaat penyudahnya, iaitu rakaat "witir" itu elok dibaca qunut seperti sembahyang subuh. Ini adalah dikira elok serta diamalkan oleh satu kumpulan ulamak, manakala setengah ulamak lain pula mengatakan sunat dibaca qunut witir itu hanya pada malam-malam setengah yang akhir daripada bulan ramadhan sahaja.

11. Bacaan Sunat

Sebagaimana di dalam sembahyang-sembahyang fardhu , begitulah juga di dalam sembahyang sunat witir ini pun elok dan sayugia dihormati-jangan diabaikan- segala bacaan-bacaan sunat, termasuk bacaan-bacaan tambahyang pada hujung doa iftitah, tasbih, rukuk, sujud dan sebagainya. Di antaranya.

a) Bacaan dihujung doa iftitah -

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ , تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ , اللَّهُمَّ بَاعِدْنِي بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَا كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ . الَلَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالْبَرَدِ .



b) Bacaan dalam rukuk selepas tiga kali membaca tasbihnya –

اَللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ , وَلَكَ أَسْلَمْتُ , خَشَعَ لَكَ سَمْعِيْ وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَصَبِي وَشَعْرِي وَبَشَرِي وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي , سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ , سُبْحَانَ ذِيْ الْجَبَرُوْتِ وَالْمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ .

c) Bacaan dalam I'tidal

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مِلْءَ السَّمٰوَاتِ وَمِلْءَ الأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ .

d) Bacaan dalam sujud kemudian daripada tasbihnya tiga kali

َاللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ , وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ ، سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ , وَأَعُوْذُبِكَ مِنْكَ , لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ , أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ . اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهً وَجُلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ وَعَلانِيَّتَه ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَنَّا َوَبِحَمْدِكَ , اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ.

e) Bacaan di Akhir Tasyahhud

َاللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ . كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّم وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ . اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ . اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا كَبِيْرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْلِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ , اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ، يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ .



Perhatian :

Di dalam sujud itu bolehlah bermohon kepada Allah dengan apa-apa permohonan yang diingini , lebih daripada yang tersebut di atas, kerana sehampir-hampir hamba Allah kepada Tuhannya ialah ketika ia sedang di dalam sujud.

Segala zikir yang tersebut di atas itu sayugialah seberapa bolehnya dibaca pada tempatnya masing-masing. Tetapi jika belum dihafal atau tidak mampu dibaca di dalam rukuk dan sujud kerana ada penyakit atau sebagainya, maka janganlah pula dijadikan alasan sampai tidak berwitir langsung, malah buatlah setakat yang termampu.

12. Bacaan Selepas Witir

Sebaik sahaja memberi salam rakaat yang terakhir dari sembahyang witir itu bacalah :

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسٌ (3 kali) سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ ، جَلَّلْتُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ بِالْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ , وَتَعَزَّزْتُ بِالْقُدْرَةِ ، وَقَهَرْتَ الْعِبَادَ بِالْمَوْتِ , اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ , وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ , لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ .

Dan kemudian selepas itu bacalah lagi :

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين (empat pulut kali).

13. Jaminan Keampunan

Diantara itu banyakkanlah di dalam hati akan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :

"Allah Azzawajalla turun tiap-tiap malam ke langit dunia ketika tinggal satu pertiga malam yang terakhir, maka ia berfirman : sesiapa yang berdoa kepada Aku akan perkenankan, sesiapa yang meminta, akan Aku beri, sesiapa yang meminta ampun kepadaKu akan Aku ampunkannya".

Sila lihat maksud hadis ini pada muka lima dalam risalah ini.

Seterusnya berdoalah dengan apa-apa doa, pohonlah akan apa-apa permohonan dan mintalah ampun akan apa-apa kesalahan, insyaAllah akan dikabulkan Tuhan.

Segala doa sayugialah dimulai dengan Alhamdulillah dan Selawat ke atas Rasulullah, demikian juga pada penutupannya.

Perhatian :

Segala amalan sunat tersebut itu – jika ada kemudahan di rumah- elok dan lebih akmal dikerjakan di rumah, kerana megerjakan segala nawafil atau sembahyang sunat tambahan di rumah itu adalah lebih afdhal kerana tertutup dari pandangan ramai dan lebih terjamin dari dilanda perasaan riya' atau bangga diri. Bagaimana pun hal ini terserahlah kepada keadaan masing-masing jua. Kalau di Masjid juga terselamat, bolehlah di Masjid.

14. Keluar Masjid

Selepas itu kalau ada kemudahan Masjid, keluarlah dari rumah menuju ke Masjid dengan mendahulukan langkah kaki kiri, sambil membaca :

بِسْمِ اللهِ آمَنْتُ بِاللهِ وَتَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ . اللَّهُمَّ إني أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ أُجْهَلَ . اللَّهُمَّ بِحَقِّ السَّائِلِيْنَ وَبِحَقِّ الرَّاغِبِيْنَ إِلَيْكَ مَمْشَايَ هَذَا إِلَيْكَ , فَإِنِّيْ لَمْ أَخْرُجَ اَشَرًا وَلاَ بَطَرًا وَلاَ رِِيَاءً وَلاَ سُمْعَةً , بَلْ خَرَجْتُ اِتِقَّاءَ سَخَطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ . أَسْأَلُكَ أَنْ تُعِيْذَنِي مِنَ النَّارِ وَتُدْخِلَنِيْ الْجَنَةَ.

Maksudnya :

Dengan nama Allah, telah aku beriman dengan Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tiada daya upaya dan tiada kekuatan melainkan dengan Allah. Wahai Tuhanku ! Sesungguhnya aku mohon perlindungan denganMu dari aku ini menjadi seorang yang sesat atau disesatkan, atau aku terpesong atau dipesongkan, atau aku menzalimi atau dizalimi, atau menjadi orang bodoh atau dibodohkan. Wahai Tuhanku ! Demi hak orang-orang yang memohon dan demi hak orang-orang yang meminati Engkau, perjalananku ini adalah menuju kepada Engkau. Sebenarnya aku keluar rumah ini bukanlah sebagai orang hilang pedoman, seorang tak mengenang budi, seorang yang bangga diri (riya') dan bukan pula seorang yang mencari kemegahan, bahkan aku keluar kerana mengelak dari kemurkaanMu dan kerana menuntut keredhaanMu. Aku mohon semoga Engkau lindungi aku dari api neraka dan Engkau masukkan aku ke dalam syurga.

15. Doa Apabila Hendak Masuk ke Masjid

Apabila sampai di pintu Masjid maka baca pula :

أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَسَلَّمْ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَسَهِّلْ لِيْ أَبْوَابَ رِزْقِكَ.

Maksudnya :

"Aku mohon perlindungan dengan Allah yang Maha Besar, dengan wajahNya yang Mulia dan dengan kesultananNya yang qadim daripada syaitan yang terkutuk. Segala puji itu bagi Allah. Wahai Tuhanku ! rahmatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad itu dan sejahterakanlah. Wahai Tuhanku, ampunkanlah bagimu segala dosaku, dan bukalah bagiku segala pintu rahmatMu , dan mudahkanlah juga bagiku memasuki segala pintu rezekiMu !.

Kemudiannya sambil membaca Bismillah ... masuk ke dalam masjid dengan langkah kaki kanan dahulu. Demikian juga apabila keluar daripada masjid pun dibaca bagaimana bacaan di atas juga , kecuali

أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Itu ditukar dengan

أَبْوَابَ فَضْلِكَ وَأَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ وَجُنُوْدِهِ ,

Yang bererti : Bukakanlah bagiku segala pintu kelebihanMu dan lindungilah aku dari angkara syaitan dan bala tenteranya.

16. Niat I'tikaf dan sunat tahiyat Al-Masjid

Sebaik-baik sahaja sampai di dalam masjid hendaklah berniat i'tikaf. Dan apabila sampai di tempat hendak duduk, maka bagi menambahkan kecekalan hati dalam menghadapi syaitan eloklah diulangi lagi membaca :

أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ,

Kemudian langsung terus mengerjakan sembahyang sunat Tahiyat Al-Masjid dua rakaat sebelum lagi duduk.

17. Zikir Selepas Tahiyat Al-Masjid

Kemudian daripada selesai sembahyang sunat Tahiyat Al-Masjid itu bacalah :

رَبِّ اغْفِرْلِي ، وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ (100 kali).

Maksudnya : "Ya Tuhanku ! Ampunilah bagiku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau ialah Tuhan yang amat menerima taubat lagi amat mengasihani".

Selepas itu bergiatlah lagi dengan lain-lain Istighfar atau sesuatu zikir sehingga sampai mendengar azan fajar atau bang subuh.

18. Menjawab Azan

Apabila mendengar azan subuh hendaklah menjawabnya dengan ucapan yang serupa seperti yang diucapkan oleh Muazzin (tukang bang) itu, melainkan pada katanya

حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Maka bagi yang mendengarnya menjawab dengan kata

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Begitu juga bila muazzin kata :

حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Maka yang mendengarnya menjawab dengan kata :

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Adapun pada azan subuh, bila muazzin kata

الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ

Maka yang mendengarnya menjawab dengan kata

صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ

Manakala ucapan-ucapan yang lain , maka ikutlah betul-betul seperti ucapan muazzin itu, dengan suara perlahan sekadar didengar oleh diri sendiri dan oleh orang-orang di sebelah menyebelahinya sahaja.

19. Doa Selepas Azan

Selepas daripada selesai menjawab azan itu bacalah :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَسَلَّمْ . اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ . اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْئَلُكَ الْعَافِيَةَ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ . اَللَّهُمَّ هَذَا إِقْبَالُ نَهَارِكَ وَإِدْبَارُ لَيْلِكَ وَأَصْوَاتُ دُعَائِكَ فَاغْفِرْلِي .

(البقرة :136)

20. Sembahyang Sunat Subuh

Kemudian daripada itu, sembahyanglah sunat subuh dua rakaat . Dibaca selepas fatihah rakaat yang pertama ayat :

قُولُوا ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ



Seterusnya bacalah اَلَمْ نَشْرَحْ hingga akhirnya dan قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ hingga akhirnya.

Dan kemudian daripada fatihah rakaat yang kedua dibaca pula :

قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

(آل عمران : 64)



Seterusnya dibaca pula اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ hingga akhirnya dan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدْ hingga akhirnya.



Jika tidak hafal ayat-ayat yang tersebut, bolehlah dibaca قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ pada rakaat yang pertama dan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدْ pada rakaat yang kedua.

21. Zikir Selepas Sunat Subuh

Setelah sembahyang Sunat Subuh itu bacalah :

أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليك – tiga kali

Dan jika hari itu hari jumaat, maka diulangi baca tiga kali lagi dengan ditambah

العظيم

Iaitu

أستغفر الله العظيم ...

Hingga akhirnya dan kemudian baca

اَللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ وَعِزْرَائِيْلَ وَرَبَّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجِرْنِيْ مِنَ النَّارِ (3 kali) ,

Dan kemudiannya baca pula

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُولُوا الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ . لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ اللهُ بِهِ وَأَشْهَدُ عَلَى ذَلِكَ وَأَسْتَوْدِعُ اللهَ هَذِهِ الشَّهَادَةَ وَهِيَ لِيْ عِنْدَ اللهِ وَدِيْعَةٌ أَسْأَلُهُ حِفْظَهَا حَتَّى يَتَوَفَّانِي عَلَيْهَا .

Kemudiannya baca

يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ – 40 kali

Dan kemudiannya lagi :

سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم – 100 kali

Jika ada kesempatan sebelum mendengar iqamat (qamat) atau bersendirian di rumah, bacalah lagi zikir-zikir di bawah ini, tiap-tiap satunya sepuluh kali iaitu :

سُبْحَانَ الله

Maksudnya : Maha Suci Allah

لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

Maksudnya : Tiada Tuhan yang sebenar melainkan Allah

اَلْحَمْدُ ِلله

Maksudnya : Segala puji itu bagi Allah

أَسْتَغْفِرُ الله

Maksudnya : Aku pohon ampun kepada Allah

22. Menjawab Iqamat

Bila mendengar iqamat untuk mendirikan jemaah sembahyang fardhu subuh, maka jawablah iqamat itu dengan mengikut kata-kata yang diucapkan oleh juru iqamat seperti pada jawab azan juga, kecuali bila juru iqamat kata :

قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ

Maka yang mendengarnya menjawab :

أَقَامَهَا الله وَأَدَامَهَا

Dan kemudiannya membaca :

اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ , صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل مُحَمَّدٍ وَسَلِّم . وَآتِهِ سُؤْلَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ . رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّل دُعَاءَ . رَبَّنَا اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ . اَللَّهُمَّ آتِنِيْ أَفْضَلَ مَا تُؤْتِىْ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ .



23. Bacaan-bacaan Sunat

Kemudiannya baca قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاس hingga akhirnya. Dan seterusnya kerjakanlah sembahyang fardhu subuh dengan berniat mengikut Imam atau menjadi Imam atau bersendirian mengikut keadaannya. Segala bacaan-bacaan sunat- disamping bacaan-bacaan wajib –seperti doa iftitah, tasbih-tasbih rukuk dan sujud serta doa-doa hujungnya dan lain-lain zikir lagi hendaklah seberapa boleh dibaca kesemuanya.

24. Bacaan Selepas Sembahyang

Selepas memberi salam sembahyang fardhu subuh dan juga selepas memberi salam sembahyang fardhu maghrib khasnya, bacalah :

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (10 kali)

اَللَّهُمَّ أَجْرْنِي مِنَ النَّارِ (7 kali)

أَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ (3 kali)

Dan seterusnya kemudian daripada sembahyang subuh dan maghrib , serta juga kemudia daripada lain-lain sembahyang fardhu, bacalah

أَسْتَغْفِرُالله (3 kali)

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ , تَبَارَكْتَ يَا ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ .

اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ . اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ . لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ , وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ – لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ . لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ . سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَعْلَمُ قَدْرَهُ غَيْرُهُ وَلاَ يَبْلُغُ الْوَاصِفُوْنَ صِفَتَهُ . سُبْحَانَ رَبِّيْ الْعَلِّيِ الأَعْلَى الوَهَّابِ .

Dan kemudiannya

سُبْحَانَ اللهِ (33 kali)

اَلْحَمْدُ ِللهِ (33 kali)

اَللهُ أَكْبَر (33 kali)

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ . لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (100 kali)

Bagaimana pun , kalau ada sesuatu urusan yang perlu disegerakan ataupun uzur, maka bolehlah zikir yang tersebut ini dibuat secara ringkas. Iaitu dibaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُِللهِ وَاللهُ أَكْبَر (sebanyak 11 kali sahaja)

Peringatan :

Berikutan dari wirid yang tersebut di atas, jika suka dan ada kelapangan, elok juga diteruskan dengan wirid-wirid yang biasa dibaca pada tiap-tiap lepas sembahyang, iaitu yang bermula dengan وإلهكم hingga berakhir bertahlil itu.

25. Penutup

Selepas itu sebagai penutup, berdoalah kepada Allah dengan apa-apa doa yang biasa dibaca pada tiap-tiap lepas sembahyang atau apa-apa doa jua bagi memohon apa-apa kehendak bagi kepentingan dunia dan akhirat. Dan jika mengikut imam, maka berwiridlah mengikut wirid imam dan mengaminkan doa yang dibaca oleh imam itu.

Sekian, Wallahua'alam

Menara Jam Mekah Pelengkap Tanda Kiamat Menurut Hadis?


Jam di Mekah adalah pelengkap kepada 10 jam terbesar didunia sehingga menyempurnakan maksud hadis ” Akan terbina mercu tanda yang lebih tinggi daripada Kaabah sebelum berlakunya Qiamat ” lihatlah bagaimana pentadbiran Allah SWT dalam menyempurnakan maksud hadis Rasulullah SAW seperti dalam Video yang dipaparkan.

Apabila melihat pembangunan yang sangat hebat di sekitar Mekah, saya terfikir: apa agaknya kata Nabi Ibrahim melihat pembangunan sehebat itu. Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim meletakkan Ismail dan Hajar di lembah yang tiada tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan binaan, juga ketika Allah memerintahkan Baginda berdua membina Kaabah dan menyeru manusia mengerjakan haji, Nabi Ibrahim taat sahaja walaupun di fikiran mungkin tertanya-tanya siapakah yang mendengar seruannya dan apakah yang bakal berlaku di Mekah ribuan tahun kemudian.

Saya juga teringat dengan jawapan Nabi Muhammad SAW kepada Jibril yang berupa sebagai lelaki segak dalam hadis Islam, Iman, Ihsan ketika Jibril bertanya Nabi tentang Kiamat. Lantas Nabi hanya menyebutkan tanda-tanda Kiamat kerana hanya Allah Yang Maha Mengetahui bila berlakunya Kiamat. Yang menarik dari pelbagai tanda Kiamat itu-kecil dan besarnya, Nabi Muhammad SAW menyebut: ‘..apabila engkau melihat orang yang tidak berkasut, tidak berpakaian, miskin, pengembala kambing berbangga-banga menegak dan meninggikan bangunan.’ SubhanAllah! Nabi sebut satu tanda Kiamat dalam keadaan Mekah masih terlalu daif dan naif fizikalnya. Itulah mukjizat. Itulah tanda Kiamat. Dan itulah yang bakal kita lihat

Wednesday 13 April 2011

3 Hari Memutuskan Hubungan Persaudaraan Muslim

Di antara langkah syaitan dalam menggoda dan menjerumuskan manusia adalah dengan memutuskan tali hubungan antara sesama umat Islam. Ironinya, banyak umat Islam terpedaya mengikuti langkah langkah syaitan itu. Mereka menghindar dan tidak menyapa saudaranya sesama muslim tanpa sebab yang dibenarkan syara’. Misalnya karena percekcokan masalah harta atau karena situasi buruk lainnya.
Terkadang, putusnya hubungan tersebut langsung terus hingga setahun. Bahkan ada yang sumpah untuk tidak mengajaknya bicara selama-lamanya, atau bernadzar untuk tidak menginjak rumahnya. Jika secara tidak sengaja berpapasan di jalan ia segera membuang muka. Jika bertemu di suatu majlis ia hanya menyalami yang sebelum dan sesudahnya dan sengaja melewatinya. Inilah salah satu sebab  kelemahan dalam masyarakat Islam. Karena itu, hukum syariat dalam masalah tersebut amat tegas dan ancamanya pun sangat keras.
Abu Hurairah Radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Tidak halal seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari, barang siapa memutuskan lebih dari tiga hari dan meninggal maka ia masuk neraka”  (HR Abu Dawud, 5/215, Shahihul Jami’ : 7635)
Abu khirasy Al Aslami Radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa memutus hubungan dengan saudaranya selama setahun maka ia seperti mengalirkan darahnya (membunuhnya) “ (HR Al Bukhari Dalam Adbul Mufrad no : 406, dalam Shahihul Jami’: 6557)
Untuk membuktikan betapa buruknya memutuskan hubungan antara sesama muslim cukuplah dengan mengetahui bahwa Allah menolak memberikan ampunan kepada mereka. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu , Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“semua amal manusia diperlihatkan (kepada Allah) pada setiap Jum’at (setiap pekan) dua kali; hari senin dan hari kamis. Maka setiap hamba yang beriman diampuni (dosanya) kecuali hamba yang di antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan. Difirmankan kepada malaikat :” tinggalkanlah atau tangguhkanlah (pengampunan untuk) dua orang ini sehingga keduanya kembali berdamai” (HR Muslim : 4/1988)
jika salah seorang dari keduanya bertaubat kepada Allah, ia harus bersilaturrahim kepada kawannya dan memberinya salam. Jika ia telah melakukannya, tetapi sang kawan menolak maka ia telah lepas dari tanggungan dosa, adapun kawannya yang menolak damai, maka dosa tetap ada padanya.
Abu Ayyub Radhiallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Tidak halal bagi seorang laki-laki memutuskan hubungan saudaranya lebih dari tiga malam. Saling berpapasan tapi yang ini memalingkan muka dan yang itu (juga) membuang muka. Yang terbaik di antara keduanya yaitu yang memulai salam” (HR Bukhari, Fathul Bari : 10/492)
Tetapi jika ada alasan yang dibenarkan, seperti karena ia meninggalkan shalat, atau terus menerus melakukan maksiat sedang pemutusan hubungan itu berguna bagi yang bersangkutan misalnya membuatnya kembali kepada kebenaran atau membuatnya merasa bersalah maka pemutusan hubungan itu hukumnya menjadi wajib. Tetapi jika tidak mengubah keadaan dan ia malah berpaling, membangkang, menjauh, menantang, dan menambah dosa maka ia tidak boleh memutuskan hubungan dengannya. Sebab perbuatan itu tidak membuahkan maslahat tetapi malah mendatangkan madharat. Dalam keadaan seperti ini, sikap yang benar adalah terus-menerus berbuat baik dengannya, menasehati dan mengingatkannya.
Seperti  hajr (pemutusan hubungan) yang dilakukan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam kepada Ka’ab bin Malik dan dua orang kawannya, karena beliau melihat dalam hajr tersebut terdapat maslahat. Sebaliknya bila menghentikan hajr kepada Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik lainnya karena hajr kepada mereka tidak membawa manfaat…

2 waktu tidur yg dilarang

Hukum Tidur Selepas Waktu Subuh :

Sabda Nabi:
Maksudnya:berpagi-pagilah(subuh)dalam mencari rezeki,sesungguhnya berpagi-pagi itu adalah keberkatan dan kejayaan.(riwayat oleh at-Tabarani dalam al-Awsath)

Abdullah Ibnu Abbas (Ibnu Abbas) telah melihat anaknya tidur diwaktu Subuh. Maka dikatakan kepada anaknya:
"Bangun! Apakah kamu tidur diwaktu rezeki dibahagi-bahagikan?


Di dalam riwayat lain pula,sebagaimana yang diriwayatkan oleh ashab as-Sunan yg empat dan Ibn Hibban dalam Sohihnya, Nabi melewati anaknya Fatimah radiallah anha yang sedang berbaring pada waktu Subuh, maka Baginda bersabda:

Wahai anakku, bangunlah dan hadaplah rezeki Tuhanmu, dan janganlah engkau jadi dari kalangan org yang lalai, sesungguhnya Allah membahagikan rezeki manusia di antara terbit fajar hingga terbit matahari.' (Diriwayatkan al-Baihaqi)


maka dengan sebab ini para fuqaha menetapkan hukum makruh tidur selepas subuh.

'Dimakruhkan tidurmu -wahai mukallaf- selepas solat Subuh, kerana waktu itu adalah waktu mencari rezeki dan berusaha (syara' dan 'uruf) di sisi org yg beraqal.'(dinukilkan oleh Imam as-Safarini)

Hukum Tidur Selepas Waktu Asar :

Dalam kitab Miskatul Masabih ada disebutkan:
Tidur sedikit di waktu tengahari tidaklah dikeji. Rasulullah saw ada juga melakukannya. Ini dapat mengimbangi kekuatan tubuh badan setelah bertahajud di malam hari.
Ibn Qaiyim menambah:

"Tidur di siang hari amat dikeji kerana ia akan mewarisi penyakit kebengkakkan (muka kelihatan sembab dan tidak bercahaya) malapetaka, merosakkan warna kulit, menimbulkan penyakit radang limpa, melemahkan urat saraf dan melemahkan syahwat. Sekeji-keji tidur ialah ketika awal hari (matahari terbit) dan terlebih keji lagi ialah tidur di akhir siang hari (selepas Asar)."

Setengah ulama mengatakan:
"Sesiapa yang tidur selepas Asar sehingga terganggu kewarasannya maka janganlah ia mencaci selain daripada dirinya sendiri.

Saturday 9 April 2011

Mimpi Bertemu Rasulullah saw

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka seakan-akan dia melihatku pada saat terjaga dan setan tidaklah dapat menyerupaiku.” (HR. Bukhori)

Juga hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.” (HR, Tirimidzi, dia berkata ini adalah hadits hasan shahih)

Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan bahwa makna dari “Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku” adalah barangsiapa yang melihatku disaat mimpi maka sungguh dia telah melihatku yang sebenarnya dengan sempurna tanpa adanya keraguan dan kesangsian terhadap apa yang dilihatnya bahkan dia adalah mimpi yang sempurna. Hal ini dikuatkan oleh dua buah hadits dari Abu Qatadah dan Abu Said “maka sungguh dia telah melihat yang sebenarnya” yaitu mimpi yang benar bukan yang batil.
Al Hafizh menambahkan bahwa maksudnya adalah barangsiapa yang melihatku disaat tidur dalam bentuk (rupa) yang bagaimanapun maka hendaklah orang itu bergembira dan mengetahui bahwa dia telah melihat yang sebenarnya dan mimpi itu berasal dari Allah swt dan bukanlah mimpi yang batil karena sesungguhnya setan tidaklah bisa menyerupaiku (Rasulullah saw). (Fathul Bari juz XII hal 453)

Ibnul Baqilani mengatakan bahwa makna “Sungguh dia telah melihatku” adalah mimpi orang itu benar dan bukanlah mimpi kosong atau penyerupaan dari setan. Hal ini dikuatkan dengan riwayat lain “Sungguh dia telah melihat yang sebenarnya” yaitu mimpi yang benar.

Al Qodhi mengatakan bahwa ada kemungkinan sabda Rasulullah saw “sungguh dia telah melihatku” atau “sungguh dia telah melihat yang sebenarnya karena setan tidaklah bisa menyerupai rupaku” maksudnya adalah jika orang itu melihatnya saw dengan sifatnya yang telah dikenal selama hidupnya saw. Akan tetapi jika orang itu melihat dalam bentuk yang sebaliknya maka mimpinya itu adalah ta’wil (yang masih perlu diteliti kebenarannya) bukan mimpi hakekat (sebenarnya), dan apa yang dikatakan oleh al Qodhi ini—menurut Nawawi—adalah lemah. Akan tetapi yang benar adalah bahwa orang itu sungguh telah melihat yang sebenarnya (hakekat) baik dalam sifat yang sudah dikenalnya ataupun selainnya, seperti yang disebutkan oleh al Maziri. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XV hal 36 – 37)

Thursday 7 April 2011

Cara menyempurnakan Solat Sunat Taubat

Sumber rujukan: Solat Taubat (Panduan Penjernihan Jiwa)
Muhammad Isa Selamat
ALLAH swt sentiasa memerintahkan kita supaya bertaubat, sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar.” (At-Tahrim: 8.)
Allah telah membuka pintu harapan kepada hamba-hambaNya: “Katakanlah; wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53)
Syarat-syarat taubat :
  1. Ikhlas ingin bertaubat
  2. Tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi
  3. Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan
  4. Harus mempunyai tekad di dalam hati tidak akan melakukan dosa itu untuk selama-lamanya
  5. Dikerjakan sebelum ajal tiba
Jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka taubat yang dilakukan itu tidaklah sah. Jika dosa berkaitan dengan manusia yang lain, maka syaratnya ditambah lagi, iaitu harus dapat membebaskan diri dari hak orang yang berkaitan. Contohnya jika hal itu berbentuk harta, harus dikembalikan. Jika berbentuk hukuman, ia harus menyerahkan diri mohon dimaafkan. Jika hal berupa cacian dan sebagainya, maka ia harus memohon keredhaannya.
Waktu melaksanakan taubat :
Taubat tidak boleh diundur-undur atau ditunda. Kerana jika demikian ia sangat berbahaya bagi hati manusia. Jika tidak segera menyucikan diri sedikit demi sedikit, maka pengaruh dosa itu akan bertompok-tompok, dan akhirnya akan merosakkan hati sehingga tertutup dari cahaya kebenaran.
Di antara penyebab yang akan membangkitkan jiwa bertaubat seseorang itu adalah jiwa yang selalu mengingati hari kematian dan hidup bersendirian di dalam kubur. Kata-kata mati adalah sesuatu yang sangat menakutkan kebanyakan manusia. Mati beerti berpisah dengan segala yang disayangi atau dicintai. Hari terputusnya segala nikmat. Sedangkan berpisah sebentar sahaja dengan anak atau isteri, dapat mengalirkan air mata kesedihan, apa lagi berpisah untuk selamanya
Firman Allah: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula.” (Az-Zumar: 30)
Di samping mengingat tentang azab penderitaan yang bakal dihadapi oleh orang-orang yang berdosa mengingat kenikmatan syurga yang bakal ditempati oleh orang-orang yang soleh juga akan dapat membangkitkan keinginan jiwa untuk melakukan taubat dengan segera.
Cara melaksanakan solat taubat :
Cara melaksanakan solat taubat ini sama dengan solat biasa, iaitu setelah berwuduk dengan sempurna, lalu berdiri di tempat yang suci, menghadap kiblat;
  • Waktu di lakukan – bila-bila masa merasa telah berbuat dosa (kecuali waktu makruh tahrim utk melakukan solat)*. Sebaik-baiknya 2/3 malam (pukul 2 pagi ke atas), semasa Qiyamullail
  • Lafaz niat: “Sahaja aku mengerjakan solat sunat taubat dua rakaat kerana Allah Ta’ala.” (Cukup di dalam hati, ada perbahasan ulama’ tentang lafaz niat dlm ibadah – sila rujuk kpd pakar feqah)
  • Rakaat pertama membaca (disunatkan membaca doa Iftitah) kemudian surah Al-Fatihah. Selepas itu mana2 ayat atau surah dalam al-Quran.
  • Rakaat kedua membaca surah Al-Fatihah. Selepas itu mana2 ayat atau surah dalam al-Quran.
  • Semasa sujud akhir rakaat kedua, ucapkanlah Doa Nabi Yunus sebanyak 40 kali (bersungguh-sungguh di dalam hati memohon keampunan dari Allah Ta’ala),
  • 027alquran3.gif
    Ertinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau Ya Allah, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
  • Selepas salam, perbanyakkan istighfar seperti,
munajat1.jpg
Ertinya: Ampunilah hamba Ya Allah. Tuhan yang Maha Agung. Tiada Tuhan yang lain melainkan hanya Engkau. Dialah Tuhan yang Maha Hidup lagi Maha Perkasa dan hamba bertaubat kepada Engkau ya Allah.
  • dan berdoa dengan Penghulu Istighfar,
penghulu.jpg
Ertinya: “Ya, Allah Engkaulah Tuhanku, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku. Sedang aku adalah hamba-Mu dan aku di dalam genggaman-Mu dan di dalam perjanjian setia ( beriman dan taat ) kepada-Mu sekuat mampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku lakukan. Aku mengakui atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada ku dan aku mengaku segala dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa kecuali Engkau.”
  • Kemudian boleh juga berdoa mengikut luahan hati dan munajat masing-masing ke hadhrat Allah.
———————————————————–
*Makruh tahrim – Petikan dari “170 Solat-Solat Sunat”, Abd Rahman Mukhlis, Terbitan Jasmin Enterprise, ms 8-9 ;
Fuqaha Syafi’iyah berpendapat bahawa makruh tahrim hukumnya melaksanakan sembahyang sunat tanpa sebab, dan sembahyang itu dipandang tidak sah jika dilakukan dalam lima waktu berikut:
  1. Selepas sembahyang Subuh yang dilaksanakan secara tunai (bukan sembahyang qadha’), hingga matahari menyingsing sepenggalah.
  2. Ketika matahari terbit hingga menyingsing seperti galah.
  3. Selepas melakukan sembahyang Asar yang dilaksanakan secara tunai sekalipun ia dijamak dengan Zuhur pada waktu Zuhur (jamak taqdim).
  4. Ketika matahari berwarna kuning, hingga terbenam seluruhnya.
  5. Ketika matahari benar-benar berada di atas kepala (di tengah-tengah langit) hingga gelincir ke Barat. Kecuali waktu Istiwa’ (matahari berada di tengah-tengah langit pada hari Jumaat.
Bagaimanapun, jika sembahyang yang dilakukan itu ada sebab yang mendahuluinya seperti sembahyang Tahiyyatul Masjid, walaupun khatib sudah berada di atas mimbar, sembahyang Sunat Wuduk dan sembahyang Sunat Tawaf sebanyak dua rakaat.
Begitu juga sembahyang yang mempunyai waktu terkait (muqayyad), seperti sembahyang Istisqa’ dan sembahyang Gerhana Matahari. Maka hukumnya adalah sah tanpa dimakruhkan, sebab ia terkait dengan turunnya hujan dan terhalangnya cahaya matahari.
Adapun melaksanakan sembahyang sunat ketika bilal qamat adalah makruh tanzih, kecuali ketika qamat sembahyang Jumaat. Sembahyang sunat yang dilakukan ketika bilal sudah qamat pada sembahyang Jumaat adalah haram hukumnya.

Coretan popular