Pages

Saturday 9 April 2011

Mimpi Bertemu Rasulullah saw

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka seakan-akan dia melihatku pada saat terjaga dan setan tidaklah dapat menyerupaiku.” (HR. Bukhori)

Juga hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.” (HR, Tirimidzi, dia berkata ini adalah hadits hasan shahih)

Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan bahwa makna dari “Barangsiapa yang melihatku disaat tidur maka sungguh dia telah melihatku” adalah barangsiapa yang melihatku disaat mimpi maka sungguh dia telah melihatku yang sebenarnya dengan sempurna tanpa adanya keraguan dan kesangsian terhadap apa yang dilihatnya bahkan dia adalah mimpi yang sempurna. Hal ini dikuatkan oleh dua buah hadits dari Abu Qatadah dan Abu Said “maka sungguh dia telah melihat yang sebenarnya” yaitu mimpi yang benar bukan yang batil.
Al Hafizh menambahkan bahwa maksudnya adalah barangsiapa yang melihatku disaat tidur dalam bentuk (rupa) yang bagaimanapun maka hendaklah orang itu bergembira dan mengetahui bahwa dia telah melihat yang sebenarnya dan mimpi itu berasal dari Allah swt dan bukanlah mimpi yang batil karena sesungguhnya setan tidaklah bisa menyerupaiku (Rasulullah saw). (Fathul Bari juz XII hal 453)

Ibnul Baqilani mengatakan bahwa makna “Sungguh dia telah melihatku” adalah mimpi orang itu benar dan bukanlah mimpi kosong atau penyerupaan dari setan. Hal ini dikuatkan dengan riwayat lain “Sungguh dia telah melihat yang sebenarnya” yaitu mimpi yang benar.

Al Qodhi mengatakan bahwa ada kemungkinan sabda Rasulullah saw “sungguh dia telah melihatku” atau “sungguh dia telah melihat yang sebenarnya karena setan tidaklah bisa menyerupai rupaku” maksudnya adalah jika orang itu melihatnya saw dengan sifatnya yang telah dikenal selama hidupnya saw. Akan tetapi jika orang itu melihat dalam bentuk yang sebaliknya maka mimpinya itu adalah ta’wil (yang masih perlu diteliti kebenarannya) bukan mimpi hakekat (sebenarnya), dan apa yang dikatakan oleh al Qodhi ini—menurut Nawawi—adalah lemah. Akan tetapi yang benar adalah bahwa orang itu sungguh telah melihat yang sebenarnya (hakekat) baik dalam sifat yang sudah dikenalnya ataupun selainnya, seperti yang disebutkan oleh al Maziri. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XV hal 36 – 37)

Coretan popular