Pages

Wednesday 16 March 2011

DOA

لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ(14)وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ(15)

Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (QS. Ar-Ra’du :14-15)

Aku terhenyak membaca ayat ini… lalu merenung, mempertanyakan do’a-do’a yang kupanjatkan, baik dalam shalat maupun berdo’a pada saat tertentu…

Awalnya ku yakin Allah pasti mengabulkan semua do’a hamba-Nya. Tiada yang akan sia-sia dalam berdo’a dan ibadah. Hanya dalam pengabulannya menurut imam Nawawi dalam riyadlus shalihin bisa dengan tiga jalan,

Pertama, Allah mengabulkan do’anya secara langsung begitu selesai dia sampaikan sesuai dengan permohonannya.

Kedua, ditunda sampai Allah menghendaki untuk mengabulkannya pada saat dia sangat membutuhkan, misalnya ketika tertimpa bahaya yang tidak disangka-sangka.

Ketiga, ditangguhkan sampai datang Hari Kiamat sebagai catatan amalnya yang dapat menyelamatkannya dari api neraka serta meringankan mizan kejelekannya.” (hlm.375)

Do’a yang sia-sia itu ibarat mengambil air dengan tangan terbuka untuk menghilangkan dahaga. Sebelum sampai ke mulutnya tiada air yang tersisa, maka dahaga-pun mustahil sirna…

Ya… memang suatu yang sia-sia, bahkan orang yang melihatnya mungkin akan berkomentar “bahlul” alias dungu… Na’udzubillah….

Menurut Al-Qurthuby; “perumpamaan Allah pada ayat ini, karena biasanya orang arab mengumpamakan orang yang melakukan sesuatu dengan cara yang mustahil mendapatkan hasilnya ialah seperti orang yang memegang air dengan tangannya.”

Syaqiq Al-Balkha meriwayatkan, pada suatu hari Ibrahim Bin Adham -seorang ulama sufi sedang menelusuri pasar Bashrah. Orang-orangpun berkerumun mengitarinya ingin menanyakan masalah agama kepadanya. Mereka bertanya tentang firman Allah SWT; UD’UNI ASTAJIB LAKUM. (Berdo’alah kalian kepada-Ku, pasti Aku kabulkan).

Mereka berkata; “Kami sudah cukup lama berdo’a, tapi do’a itu tidak terkabul juga.”

Mendengar penuturan mereka, Ibrahim Bin Adham berkata;

“Hati kalian telah mati dari sepuluh hal,

(1) Kalian meyakini Allah SWT, tapi kalian tidak menunaikan hak-hak-Nya,

(2) Kalian membaca Kitab Allah, namun kalian tidak meng-amalkannya,

(3) Kalian mengaku memusuhi iblis, namun kalian meng-ikuti jejaknya,

(4) Kalian mengaku mencintai Rasul, namun kalian me-ninggalkan atsar dan Sunnahnya,

(5) Kalian mengaku mencintai surga, namun kalian tidak beramal untuk surga,

(6) Kalian mengaku takut neraka, namun kalian tidak berhenti dari dosa,

(7) Kalian mengaku bahwa maut pasti tiba, namun kalian tidak mempersiapkan diri,

(8) Kalian sibuk membicarakan cela orang lain, namun kalian melupakan cela diri sendiri,

(9) Kalian menikmati rizqi Allah, namun kalian tidak mensyukurinya,

(10) Kalian mengubur orang mati, namun kalian tidak mengambil pelajaran darinya.”

(Nasha-ihul ‘Ibad No. 211)

Al-Hasan menyatakan: “Karena sesungguhnya Allah itu Maha Benar (Al-Haq), maka berdo’a kepada-Nya pun sejatinya do’a yang benar.”

Semoga, Ya Allah...

Coretan popular